Wednesday, February 26, 2014

KARA BENGUK SEBAGAI APHRODISIAC

Aphrodisiac berasal dari kata Aphrodite, dewi asmara Yunani Kuno. Sejak jaman purba, telah dikenal adanya makanan dan minuman, yang dipercaya mempunyai efek terhadap peningkatan libido seseorang, yang disebut sebagai berkhasiat aphrodisiac. Dalam ilmu farmasi modern, memang dikenal zat-zat aktif dalam tumbuhan dan hewan, yang berkhasiat untuk mempengaruhi otak, hingga seseorang bisa beraktivitas seksual secara lebih baik. Obat kuat seperti Viagra and Levitra, tidak bisa dikategorikan aphrodisiac (meningkatkan libido), melainkan memperlama penis berereksi. Hingga obat-obatan ini hanya bisa digunakan untuk laki-laki.

Pasak bumi (Eurycomae longifoliae), purwoceng (Pimpinilla pruatjan), dan pule pandak (Rauwolfia serpentina), selalu diperdagangkan sebagai aphrodisiac untuk laki-laki. Sementara tabat barito (Ficus delsoidea), dan kayu rapat (Parameria leavigata), dipromosikan sebagai aphrodisiac khusus untuk perempuan. Hal ini sebenarnya kontradiktif dengan sifat aphrodisiac itu sendiri. Sebab kalau benar satu tumbuhan mengandung zat aphrodisiac, maka zat itu akan dapat mempengaruhi otak (libido), sekaligus laki-laki maupun perempuan. Hingga sebenarnya tidak ada aphrodisiac untuk laki-laki, dan ada pula yang khusus untuk perempuan.

Di dunia internasional, kara benguk (Mucuna pruriens), dikenal dengan nama Velvet bean, Cowitch, Cowhage, Picapica, Kapikachu, Yerepe (Yoruba), dan Atmagupt. Dalam biji kara benguk, terdapat zat levodopa dalam konsentrasi tinggi. Levodopa merupakan bentuk awal dari neurotransmitter dopamine, yang dapat berpengaruh pada libido laki-laki maupun perempuan. Penggunaan dopamine dari kara benguk untuk aphrodisiac, sudah dikenal oleh ilmu pengobatan tradisional India Ayurvedic. Dalam Aryuvedic, dopamine pada kara benguk, juga digunakan untuk terapi bagi penderita parkinson (pikun).

# # #

Habitat asli kara benguk menyebar rata di seluruh kawasan tropis di semua benua. Mulai dari Afrika, Kepulauan Karibia, Australia Utara, India, Asia Tengggara (termasuk Indonesia), dan kepulauan Pasifik. Kara benguk merupakan leguminase semusim, yang tumbuh merambat. Petani menanam kara benguk dengan memberinya ajir (tiang rambatan), atau merambatkannya ke perdu yang tumbuh di ladang serta kebun. Meskipun diketemukan tumbuh liar di seluruh kawasan Indonesia, namun kara benguk baru dibudidayakan secara terbatas di Jawa, khususnya di kawasan selatan Jawa Tengah dan DIY. Di kawasan ini, kara benguk biasa dikonsumsi sebagai tempe benguk.

Polong kara benguk dipenuhi bulu-bulu halus seperti beludru. Itulah sebabnya legume ini disebut sebagai Velvet bean. Pada varietas tertentu, bulu polong ini akan membuat gatal, dan iritasi kulit. Ini disebabkan oleh adanya kandungan 5-MeO-DMT-n-oxide yang beracun. Tingkat kegatalan bulu polong, dan juga batang kara benguk, tergantung dari varietasnya. Varietas yang paling gatal, disebut rawé. Dari sinilah datangnya peribahasa “Rawé-Rawé rantas, malang-malang putung”. Yang artinya, siapa pun yang membelit-belit seperti tanaman rawé, atau yang menghalangi jalan, akan terbabat dan terpotong.

Ada empat varietas kara benguk, yakni Mucuna pruriens var. hirsuta, Mucuna pruriens var. pruriens, Mucuna pruriens var. sericophylla, dan Mucuna pruriens var. utilis. Bunga kara benguk berwarna putih, pink, atau purple (ungu), sangat tergantung dari varietasnya. Demikian pula dengan warna bulu pada kulit polongnya. ada yang keemasan, ada yang abu-abu kecokelatan. Panjang polong 10 cm, dengan lebar 1,5 cm, dan ketebalan 0,75 cm. Warna kulit biji kara benguk juga bervariasi dari putih keabu-abuan, hitam, dan kuning kecokelatan dengan bercak-bercak hitam. Daging biji kara benguk semuanya berwarna putih.

Racun DMT, DMT-n-oxide, 5-MeO-DMT-n-oxide, tidak hanya terdapat pada bulu polong, dan batang kara benguk, melainkan juga pada bijinya. Karenanya, masyarakat mengolah biji kara benguk melalui beberapa tahap. Tahap pertama dengan menjerangnya. Biji ditaruh di panci, lalu disiram air mendidih, dan didiamkan sampai kulit biji menggembung, dan mudah dikelupas. Pengelupasan kulit, dan pemecahan keping biji, dilakukan secara manual dengan tangan, bisa pula dengan penggilingan, atau penggilasan (menginjak-injak) biji yang ditaruh dalam keranjang. Tahap berikutnya adalah perendaman selama semalam untuk menghilangkan racun.


Proses selanjutnya adalah pengukusan, pendinginan, peragian dan pembungkusan dengan daun, sampai keping biji kara benguk menjadi tempe yang siap untuk dikonsumsi. Di Indonesia, biji kara benguk hanya lazim diolah menjadi tempe benguk. Tempe ini berpenampilan sangat khas, karena ukuran keping bijinya yang sangat besar. Biasanya tempe benguk hanya dimasak bacem, kemudian digoreng. Hampir tidak pernah ada variasi menu dari tempe benguk, selain dibacem. Penggunaan untuk keperluan lain, misalnya sebagai bahan bungkil pakan ternak, sama sekali belum pernah dicoba. Juga sebagai bahan industri farmasi.

Beda dengan di AS. Di negeri adidaya ini, kara benguk sudah dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai bahan industri farmasi. Ada tiga merk kapsul ekstrak kara benguk yang paling popoler di AS, yakni DopaBean, yang dipasarkan oleh Solaray, Mucuna oleh Physician Formulas, Inc, dan L-Dopa oleh Unique Nutrition. Dua yang pertama mengandung 50 mg L-DOPA per kapsul, dan yang terakhir 250 mg. Lembaga Nutrisi AS juga mensyaratkan produk Mucuna pruriens, harus mengandung sedikitnya 40% L-DOPA, agar bisa diberi label NutraceuticsRx. e of 250 mg. Pemanfaatan kapsul kara benguk, di AS tetap untuk aphrodisiac, dan juga obat parkinson.

Selain levodopa (3.1-6.1% L-DOPA), biji kara benguk juga mengandung 5-HTP, DMT, DMT-n-oxide, N,N-DMT, 5-MeO-DMT-n-oxide, nicotinebufotenine, bufotenine, beta-carboline, nicotine and 5-hydroxytryptamine. Zat-zat yang terkandung dalam biji kara benguk tersebut, potensial untuk memberikan efek psychedelic. Sayangnya, di negeri kita, kara benguk masih menjadi tumbuhan kacang-kacangan kampung. Pemanfaatannya juga hanya sekadar untuk tempe, yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan. Ketika harga kedelai impor melambung, tempe benguk bisa menjadi pengganti, sekaligus untuk meningkatkan libido, dan mencegah pikun.

No comments:

Post a Comment