Wednesday, May 15, 2019

Husqvarna TE 300 Graham Jarvis

Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-001
Mas bro, sudah kenal dengan Graham Jarvis? Yups, dia adalah pembalap enduro sekaligus brand ambassador dari Husqvarna. Graham Jarvis sudah malang-melintang di kompetisi hard enduro dan tidak jarang berhasil menjadi pemenang di berbagai kompetisi itu. Sebagai rider dan brand ambassador, Graham Jarvis ternyata punya motor andalan mas bro. Uniknya, motor andalan Graham Jarvis yang kerap memenangkan perlombaan ini menggunakan mesin 2-stroke, yaitu Husqvarna TE 300. Terus, seperti apa sih Husqvarna TE 300 milik Graham Jarvis? Apakah ada bedanya dengan Husqvarna TE 300 lainnya? Yuk kita bahas!
Pada dasarnya, Husqvarna TE 300 yang digunakan oleh Graham Jarvis sama dengan Husqvarna TE 300 yang ada di pasaran. Namun, Graham Jarvis melakukan beberapa kustomisasi agar motor ini benar-benar cocok dengan karakternya. Graham Jarvis membiarkan mesin dalam kondisi standar dan tidak ada ubahan apapun. Suspensi di-setting ulang agar lebih soft, sedangkan muffler diganti dengan merek FMF. Untuk memastikan motor ini bisa bertahan di track edan macam Erzberg atau Romaniacs, Graham Jarvis mengganti bak kopling, plat/kanvas kopling, dan per kopling standar dengan produk buatan Hinson.
Apakah sudah cukup sampai di situ? Ternyata belum mas bro. Di bagian lain foot pegs, Graham Jarvis menggantinya dengan foot pegs berbahan titanium dari Raptor untuk mendapatkan grip dan stabilitas terbaik. Dia juga melengserkan handlebar dan hand grip standar, kemudian menggantinya dengan merek Neken. Sementara itu, pada bagian karet bundar, doi mempercayakan pada ban dari GoldenTyre. Nah, sekarang tertarik mengupgrade Husqvarna TE 300-mu dengan berbagai peripheral seperti punya Graham Jarvis?
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-002
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-003
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-004
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-005
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-006
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-007
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-008
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-009
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-010
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-011
Husqvarna-TE-300-Graham-Jarvis-012

Red Bull KTM Factory Racing Seri Kedua WESS 2019 di Perancis

Tim Red Bull KTM Factory Racing memang mendapatkan hasil yang kurang memuaskan pada seri perdana World Enduro Super Series (WESS) 2019 di Extreme XL Lagares, Portugal. Para rider Red Bull KTM Factory Racing gagal menang di Extreme XL Lagares. Bahkan untuk meraih podium pun tak mampu. Rider Red Bull KTM Factory Racing yang mampu meraih hasil terbaik adalah Jonny Walker di posisi keenam, disusul oleh Taddy Blazusiak di posisi delapan. Sementara itu Josep Garcia dan Nathan Watson terlempar dari posisi 10 besar. Meskipun demikian, Red Bull KTM Factory Racing sudah move on dan bersiap menghadapi tantangan kedua di WESS 2019, yaitu Trefle Lozerien AMV yang digelar di Perancis.
Genre balap yang akan dilakoni pada seri kedua WESS 2019 agak berbeda dibandingkan dengan seri perdana. Kalau seri perdana bergenre Extreme Enduro, maka pada seri kedua nanti memiliki genre Classic Enduro. Rute yang dilalui di Classic Enduro tidak akan sesulit di Extreme Enduro. Bahkan extreme test yang ada di Classic Enduro akan dianggap test yang sangat mudah oleh para rider Extreme Enduro. Tapi di Trefle Lozerien AMV nanti para rider mesti memacu motor yang sangat kencang. Itu akan menjadi keunggulan bagi rider yang basicnya memang berasal dari Classic Enduro seperti Josep Garcia dan Nathan Watson. Josep Garcia dan Nathan Watson diprediksi bisa berbuat banyak atau malah bisa memenangkan Trefle Lozerien AMV 2019!
Menurut rencana, KTM akan mempersenjatai Josep Garcia dengan motor 4-tak KTM 250 EXC-F yang sudah banyak memberikan kemenangan kepada Josep Garcia di masa lampau saat mengikuti event Classic Enduro. Namun permasalahannya adalah Josep Garcia selama ini banyak melakukan latihan menggunakan motor 2-tak KTM 300 EXC TPI yang sangat cocok untuk melakoni balap Extreme Enduro. Apalagi WESS 2019 lebih didominasi oleh event Extreme Enduro daripada Classic Enduro dan Cross-Country. Imbasnya Josep Garcia butuh penyesuaian agar bisa mengembalikan kecepatannya di atas motor 4-tak.
“Aku sangat menantikan Le Trefle. Ini akan menjadi tantangan yang cukup besar karena kami berpindah dari Hard Enduro ke Classic Enduro dan kebanyakan latihan yang aku lakukan selama ini di atas motor 300 untuk Extreme XL Lagares. Aku finish ketiga tahun lalu di Perancis, yang itu merupakan hasil bagus karena aku sempat kehilangan banyak waktu pada hari pertama. Para rider lokal di sana sangat susah dikalahkan, bahkan ada beberapa rider yang sangat kuat menjalani special test di lintasan rumput. Tahun ini aku start ketiga sehingga seharusnya itu cukup membantu agar aku tidak terlalu tertinggal. Aku tahu aku butuh waktu untuk mengembalikan kecepatanku di atas motor 4-tak, tapi rencanaku adalah untuk tetap bertarung memperebutkan kemenangan,” ungkap Josep Garcia.
Kemudian rider lain yang diunggulkan oleh KTM di Trefle Lozerien AMV adalah Nathan Watson. KTM tidak memberikan keterangan dengan jelas motor apa yang akan dipakai oleh Nathan. Tapi kemungkinan semua rider KTM akan menggunakan motor 4-tak, tidak terkecuali Nathan Watson. Berkaca dari event yang sudah-sudah, biasanya Nathan Watson memilih kapasitas mesin yang lebih besar daripada Josep Garcia. Bisa jadi Nathan Watson bakal menggunakan KTM 350 EXC-F atau malah KTM 450 EXC-F.
“Aku harus jujur, aku tidak mendapatkan waktu yang baik di Lagares, tantangannya jauh lebih sulit dibandingkan dengan tahun lalu dan aku cukup kesulitan pada jalur-jalur teknikal. Dengan kondisi WESS tahun ini yang lebih banyak Hard Enduro, Le Trefle menjadi salah satu yang paling aku nantikan dan ini adalah kali kedua aku membalap di sini, sehingga aku tahu sedikit tentang apa yang bisa diharapkan. Posisi startku tahun ini akan jauh lebih baik jadi itu seharusnya bisa menjadi kabar baik buatku,” kata Nathan Watson.
Dua rider Red Bull KTM Factory Racing lainnya, Jonny Walker dan Taddy Blazusiak, memang bukan spesialis Classic Enduro. Mereka berdua lebih condong lebih rider Hard Enduro sehingga kurang difavoritkan di Trefle Lozerien AMV 2019. Namun menurut KTM mereka berdua tetap akan memberikan performa terbaik. Apalagi Jonny Walker sebagai rider Hard Enduro pada tahun lalu mampu bertengger di posisi ke-10 di Perancis, sedangkan Taddy Blazusiak mampu meraih posisi ke-20. KTM sendiri mengatakan bahwa Taddy Blazusiak akan menggunakan motor KTM 350 EXC-F. Seperti diketahui, Taddy lebih banyak menggunakan motor 4-tak KTM 350 EXC-F selama berlaga di balap indoor SuperEnduro 2019 sehingga dia senang dengan kabar bagus ini.
“Setelah menyelesaikan musim SuperEnduro, masuk ke Hard Enduro dengan Lagares, dan satu minggu kemudian ke Classic Enduro di Le Trefle tentu menjadi tantangan yang sangat nyata. Kabar bagusnya adalah aku kembali menggunakan 350 di Perancis dan aku memang paling sering menggunakan motor ini sekarang dibandingkan dengan motor 2-tak setelah menjalani balap indoor,” tutur Taddy.
Rider-rider yang bernaung di Red Bull KTM Factory Racing memang sangat beruntung. Mereka bisa memilih menggunakan tipe motor sesuai dengan karakter track yang akan dijalani. Misal bertarung di balap Hard Enduro maka KTM akan menyediakan motor 2-tak yang bobotnya sangat ringan dan mudah dipakai di jalur-jalur teknikal, tapi ketika bertarung di balap Classic Enduro dan Cross-Country disediakan motor 4-tak yang bisa digeber dengan sangat kencang. Maklum tim kaya. Beda dengan rider-rider tim privateer yang paling cuma bisa pakai satu tipe motor sepanjang musim. Oh ya, Trefle Lozerien AMV akan digelar pada 17 Mei 2019. Siapa yang akan menang?

Husqvarna FE 350 Dual Sport Versi 2019

GRC - Husqvarna (dan tentu induknya, KTM) merupakan brand motor yang sangat luwes dalam memenuhi permintaan konsumen. Di Eropa, Australia, Indonesia, dan sejumlah negara lainnya motor Husky FE series (4-tak) dijual sebagai motor enduro tulen. Tapi di Amerika Serikat Husky memberi perlakuan agak berbeda. Motor enduro yang dijual di Negeri Paman Sam memakai kode FX. Ini lebih tepatnya motor enduro cross-country ya. Sedangkan FE series dijual sebagai motor dual sport yang bisa dipakai off-road dan on-road karena bersifat street legal. Dilengkapi lampu-lampu, plate holder, kaca spion, dan berbagai macam kelengkapan jalan raya lainnya. Mantap kan?
Nah, salah satu produk dual sport yang dijual oleh Husky di Amerika Serikat adalah FE 350 Dual Sport model year 2019. Secara umum penampilan FE 350 Dual Sport sangat identik dengan FE 350 versi enduro yang dijual di Eropa atau Indonesia. Asli nggak menyimpang sama sekali. Bedanya yang versi dual sport lampu-lampunya sangat komplit. Ada lampu utama, lampu belakang, dan lampu sein. Lalu di sana ada kaca spion berbentuk kotak serta rear fender berukuran lebih besar yang juga berfungsi sebagai dudukan plat nomor polisi (number plate holder).
Masih ada lagi bedanya? Yups… FE 350 Dual Sport ini harus lulus uji emisi yang sangat ketat di Amerika Serikat. Uji emisi nggak melulu terkait dengan emisi gas buang berupa kadar karbon dioksida (CO2) yang keluar dari knalpot ya, tapi juga emisi suara. Ribetnya lagi, uji emisi suara di Amerika Serikat itu lagi-lagi nggak melulu mengenai suara mesin atau suara yang keluar dari knalpot. Kebisingan seluruh suara yang dihasilkan oleh motor ketika dipakai di jalan raya pun masuk dalam perhitungan, termasuk kebisingan ban ketika bergesekan dengan aspal. Makanya Husky mengganti ban enduro tulen pada FE 350 standar menjadi ban dual purpose Continental TKC80 di FE 350 Dual Sport. Ban Continental TKC80 ini tingkat kebisingannya saat bergesekan di aspal masih lebih rendah daripada ban off-road tulen. Plus Continental TKC80 sudah mendapatkan sertifikasi DOT (Department of Transportation) di Amerika Serikat agar bisa dipakai di jalan raya.
Oh ya, biar lolos uji emisi suara mesin di Amerika Serikat, engineer Husky perlu memasang sebuah reed valve di bagian airbox, persisnya di antara filter dan throttle body. Komponen reed valve yang dipasang di FE 350 Dual Sport ini wujudnya kurang lebih sama dengan reed valve di motocross 2-tak Husky TC 65. Selain itu knalpot juga mesti lebih silent ya dengan pemasangan catalytic converter. Jadi biar FE 350 enduro bisa dipakai di jalanan Amerika Serikat ternyata nggak semudah membalikkan telapak tangan. Ada sejumlah ubahan yang perlu dilakukan khususnya agar lolos emisi gas buang dan emisi suara, mulai dari ganti ban, pasang reed valve, dan penggunaan knalpot yang lebih ramah telinga.
Sekedar informasi buat temen-temen, mesin 350 cc milik Husky tergolong sebagai salah satu mesin yang paling laris di dunia. Di segmen motocross misalnya, Husky FC 350 cukup jadi idola meskipun untuk kompetisi resmi lebih banyak dipakai FC 250 dan FC 450. Kemudian di segmen motor cross-country, FX 350 laris-manis. Begitu juga di segmen motor enduro dan dual sport, FE 350 dan FE 350 Dual Sport termasuk best seller. Di Indonesia pun kayaknya sama ya, FE 350 versi enduro sangat digemari dengan sejumlah alasan. Sebut saja tenaganya lebih tinggi dibandingkan dengan FE 250, tapi juga lebih mudah dikontrol daripada FE 450 dan FE 501. Apalagi bobot FE 350 lebih enteng dibandingkan dengan FE 450 dan FE 501. Jadi FE 350 tergolong pilihan yang paling rasional. Konon kabarnya FE 350 Dual Sport memiliki tenaga sekitar 35 HP di atas mesin dyno. Angka sebesar ini sudah lebih dari cukup untuk bermain off-road maupun digeber di jalan raya.
Tapi sayangnya FE 350 Dual Sport beserta FE 250 Dual Sport, FE 450 Dual Sport, dan FE 501 Dual Sport nggak dijual di Indonesia. Motor dual sport FE series kayaknya khusus buat market Amerika Serikat deh…  Yang dijual di Indonesia hanya FE 250/350/450/501 versi enduro. Itupun hanya dijual off the road tanpa surat-surat. Jadi ya seluruh motor Husky FE series nggak bisa legal dipakai di jalan raya Indonesia. Sebenarnya kalau distributor Husky di Indonesia mau mendaftarkan uji tipe FE 250/350/450/501, motor-motor ini bisa kok keluar surat-suratnya. Namun mereka memilih untuk tetap menjual motor itu off the road. Mungkin pertimbangannya karena lebih simple. Apalagi berdasarkan pengalaman mereka hanya sedikit konsumen yang membeli motor enduro dengan surat-surat. Toh lumayan gila juga sih memakai motor enduro FE series sebagai motor dual sport karena sejumlah alasan yang sudah saya ungkapkan di artikel terpisah .
Last… Nggak bisa dipungkiri FE 350 Dual Sport model year 2019 adalah motor yang sangat keren dan performanya sangat mumpuni. Maklum motor ini diturunkan dari basis motocross FC 350 model year 2018, tentunya dengan banyak banget ubahan agar karakter motor cocok dipakai di medan enduro dan dual sport. Tapi kita juga nggak bisa memungkiri kalau belum bisa menikmati FE 350 dalam wujud motor dual sport dengan berbagai macam alasan. Kalau temen-temen beli FE 350 ataupun FE series yang lain ya hanya bisa dipakai di medan off-road saja. Saat lewat jalan raya ya di-towing lah pakai mobil double cabin. Dijamin kegantengan meningkat 100%. Wkwkwkwkwk…

Pilihan Motor Off-Road Keren dengan Harga di Bawah Rp 40 Juta

GRC - Off-road dengan motor trail memang menjadi kegiatan yang menarik dan cukup booming dalam waktu beberapa tahun terakhir. Kebanyakan pemula di dunia off-road, termasuk saya, mulai bermain off-road dengan motor trail dual sport seperti Kawasaki KLX150 atau Honda CRF150L yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga layak dan nyaman dipakai buat melintasi jalur off-road. Untuk memodifikasi KLX150 atau CRF150L sampai nyaman dipakai buat off-road tentu kita mesti keluar dana yang nggak sedikit. Pertanyaannya, apakah ada motor trail murah tapi nggak perlu banyak modifikasi lagi buat off-road? Jawabannya tentu ADAAA!!
Di pasaran memang ada sejumlah motor trail murah yang sudah sangat siap dipakai off-road, baik itu secara spesifikasi maupun performa. Artinya temen-temen tinggal beli motor, dibawa pulang, dan siap geber di jalur off-road. Namun untuk artikel kali ini kita ngomongin motor trail off-road yang nggak murah-murah amat dan nggak terlalu mahal juga. Kita nggak ngomongin motor yang harganya di bawah Rp 30 juta, melainkan motor baru yang rentang harga jualnya Rp 30-40 juta. Jadi bisa dikatakan berada di kelas low to middle. Menurut saya ada dua varian motor yang layak dipertimbangkan di rentang harga ini. Dua motor itu adalah Kawasaki KLX140G dan Viar Cross X 250 ECF. Mereka berdua motor pure buat off-road.
Pertama kita bahas tentang KLX140G dulu deh… Motor keluaran geng ijo yang diproduksi di Thailand ini masuk ke Indonesia dengan nama New KLX meskipun namanya di pasar global adalah KLX140G. Intinya New KLX dan KLX140G mengacu pada motor yang sama. Berbeda dengan KLX150 series, KLX140G ini motor yang dirancang khusus buat off-road. Basic mesin dan sasis sepintas mirip dengan KLX150, namun ternyata lumayan banyak perbedaan di antara keduanya. Desain bodywork pun beda banget. KLX140G punya desain yang sangat agresif serta brondolan tanpa lampu-lampu sama sekali, suspensi depan model teleskopik seperti KLX150L (versi lawas), mono shock dengan piggyback reservoir (tabung) sehingga bersifat fully adjustable, sudah pakai ban off-road tulen dengan ring 18-21 inch, swing arm aluminium, final gear ratio yang siap buat off-road, footpegs berbentuk gerigi lebar, dan ada pelindung tuas gigi dari benturan. Pokoknya penampilan KLX140G ini off-road banget lah. Salah satu keunggulan utama KLX140G yang sulit ditemui di motor off-road murah lainnya adalah bobot yang sangat ringan. Bayangin, motor ini hanya berbobot 99 kg. Cari deh motor apa lagi di bawah Rp 40 juta dengan bobot kurang dari 100 kg? Rasanya nggak ada!
Soal mesin, basic KLX140G tergolong masih sama dengan KLX150, menganut mesin SOHC 2-klep berpendingin udara. Tapi menurut saya pasti Kawasaki memberikan  settingan yang berbeda. Saya pernah mencoba KLX140G milik teman… Meskipun dalam kondisi standar, tarikan KLX140G lumayan berbeda dengan KLX150. Torsinya terasa jauh lebih nampol. Power dan torsi di gigi dua yang ngempos di KLX150, terasa lebih nendang di KLX140G. Kemungkinan karena mereka menggunakan gearbox yang berbeda. Gigi satu dan gigi dua KLX140G jauh lebih asyik. Rasanya power dan torsi mesin bisa lebih galak lagi kalau knalpot diganti model free flow dan karburator Keihin PB20 yang sangat kecil diganti dengan Keihin PWL26/PWK28/PE28. Oh ya, KLX140G dibandrol oleh Kawasaki Motor Indonesia seharga Rp 36,3 juta off the road area DKI Jakarta.
Motor kedua yang nggak kalah seksi di rentang harga Rp 30-40 juta adalah Viar Cross X 250 ECF. Persisnya Cross X 250 ECF dijual dengan harga sekitar Rp 34,5 juta off the road. Desain motor ini identik dengan motor off-road KTM yang menggunakan frame model tubular. Bodywork-nya pun relatif mirip dengan motor off-road KTM. Banyak orang awam yang menyangka Cross X 250 ECF adalah motor KTM, terutama yang decalnya sudah diganti ala-ala KTM. Kalau banyak orang awam tertipu dengan penampilan Cross X 250 ECF tentu bisa dimaklumi karena secara penampilan memang gagah banget. Suspensi depan model upside down yang berdiameter besar, suspensi belakang mono shock dengan linkage, swing arm belakang aluminium, tangki bahan bakar plastik, dan lain-lain. Intinya motor ini keren abis!
Nah, basis mesin yang dipakai di Cross X 250 ECF adalah Zongshen. Dengan konfigurasi mesin SOHC 4-klep berpendingin radiator, Cross X 250 ECF sanggup memuntahkan tenaga 25 HP dan torsi sekitar 22 Nm. Angka power dan torsi Cross X 250 ECF ini lebih dari dua kali lipat KLX140G yang sudah kita bahas di atas. So, di atas kertas maupun pada prakteknya Cross X 250 ECF jauh lebih siap menghadapi jalur off-road berupa tanjakan-tanjakan tinggi (hill climb) daripada produk geng ijo. Ya bagaimanapun mesin yang tak genap 150 cc nggak bisa dibandingkan secara performa dengan mesin 250 cc. Namun Cross X 250 ECF juga punya kelemahan yang cukup krusial, yaitu bobotnya lumayan berat, mencapai 120 kg!
Terus sebaiknya pilih yang mana mas? KLX140G atau Cross X 250 ECF? Kalau temen-temen baru mulai terjun di dunia off-road, saran saya sebaiknya pilih KLX140G karena bobotnya yang sangat enteng, mesin jauh lebih mudah dikendarai (tidak overpower), dan suspensinya yang empuk juga terasa lebih nyaman buat pemula. Sebaliknya, jika sudah lebih cakap di medan off-road, nggak puas dengan performa motor lama yang susah diajak ngebut, dan pengen jadi penakluk tanjakan tentu Cross X 250 ECF jadi pilihan yang pas! Konsekuensinya kalau terjatuh butuh tenaga ekstra untuk mendirikan atau mengangkat motor.

Wednesday, February 20, 2019

Kawasaki KLX230 Bakal Pakai Sistem Pembakaran Injeksi

GRC - Temen-temen sekalian… Seperti diketahui Kawasaki kabarnya sedang mengembangkan motor trail baru dengan kapasitas mesin sekitaran 230 cc. Untuk sementara project ini bisa kita sebut dengan KLX230. Toh kode project motor trail baru ini adalah K236. Asyiknya lagi KLX230 dirumorkan akan meluncur pada tahun 2019 ini untuk mengisi segmen yang masih melompong antara KLX150 dan KLX250S yang sudah ada sekarang. Terus yang bikin penasaran, kira-kira KLX230 pakai sistem pembakaran apa ya? Pakai karburator konvensional atau justru pakai sistem injeksi yang lebih advance??
Langkah Kawasaki mengembangkan KLX230 bisa dibilang sangat smart. Sekarang di Indonesia belum ada pabrikan Jepang yang mengisi kelas trail 200-an cc. Kalaupun ada trail 200-an cc yang berkeliaran di Indonesia macam Honda CRF230F atau Yamaha TT-R230 itu dijual oleh para importir umum, bukan dari ATPM resmi Honda dan Yamaha di Indonesia. KLX230 sekaligus mengisi celah lebar antara KLX150 dengan bandrol harga Rp 30 jutaan dan KLX250S yang harganya Rp 60 jutaan. Jadi bisa dibilang kelas 230 cc cukup pas buat para penggemar trail yang pengen motor lebih powerful daripada 150 cc tapi nggak mau spend budget yang terlalu mahal. Bakal seru kalau KLX230 harganya Rp 40 jutaan. Iya nggak?
Ke inti bahasan, ada info terbaru yang dilontarkan oleh blogger kondang Om Taufik TMCblog.com mengenai KLX230. Doi menyebut KLX230 akan menggunakan sistem pembakaran injeksi. IMHO ini juga logis bro. Kenapa? Karena KLX230 pasti diciptakan sebagai motor trail street legal alias bukan motor off-road tulen. Untuk menghasilkan emisi gas buang sesuai regulasi praktis sistem injeksi sangat diperlukan. Iti soal sistem pembakarannya ya. Gimana dengan konfigurasi mesin? Belum ada info yang gamblang. Tapi pasti para penggemar offroad kok justru pengen KLX230 pakai mesin sederhana misalnya SOHC 2-valve dan berpendingin udara. Selain performanya sudah cukup oke, juga harganya bakal lebih terjangkau. Kalau pandanganmu gimana bro?