Sunday, February 12, 2017

Sensasi Riding dengan Honda CBR250RR di Mata Penunggang Trail

GRC - PT Mitra Pinasthika Mulia (MPM), main dealer Honda wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur, mengajak rekan jurnalistik test ride salah satu produk terbaru Honda, yaitu CBR250RR. Test ride-nya nggak sekedar nyobain keliling parkiran. Tapi boleh dibawa pulang untuk dieksplor selama beberapa hari. Motor sport full fairing jelas bukan genre favorit. Namun tawaran dari MPM juga susah ditolak bro! Alasannya karena CBR250RR boleh dibilang motor sport 250 cc yang paling sophisticated yang ada saat ini. Kemudian para jurnalis juga sangat penasaran, gimana rasanya nunggang CBR250RR lantaran biasanya lebih banyak bercengkerama dengan motor trail. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri yang amat sayang kalau dilewatkan.
Unit test ride CBR250RR yang para jurnalis pakai adalah milik salah satu Honda Wing Dealer di Surabaya, Honda Ekajaya Karunia Abadi, yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 246 A, Surabaya. Pada hari H sesuai dengan kesepakatan, para jurnalis menjemput CBR250RR warna grey di showroom Honda Ekajaya Karunia Abadi. Sebelumnya para jurnalis memang sudah pernah melihat sosok CBR250RR secara langsung. Tapi untuk menungganginya belum pernah sama sekali. Terus gimana impresi nunggang CBR250RR dari kacamata penunggang motor trail?
Secara fisik, desain CBR250RR sangat keren, almost perfect! Dari ujung depan sampai ujung belakang semuanya digarap dengan sangat baik oleh Honda. Motor ini pun terlihat sangat racy karena stang dipasang underyoke. Udah mirip banget dengan motor-motor balap yang biasa dipakai di sirkuit. Suspensi upside down buatan Showa dengan kelir emas membuat CBR250RR jadi tampak lebih kekar dan garang. Satu hal yang para jurnalis sukai pada desain CBR250RR adalah di bagian headlight yang menyipit. Benar-benar membuat jatuh cinta pada pandangan pertama.
Setelah melakukan test selama beberapa hari, para jurnalis mendapatkan gambaran yang cukup gamblang mengenai CBR250RR yang bakal dijabarkan di bawah ini:
  • Ukuran fisik CBR250RR sebenarnya nggak jauh berbeda kalau dibandingkan dengan motor-motor sport 250 cc dari pabrikan lain. Ukurannya nggak terlalu mengintimidasi.
  • Sebagai motor sport 250 cc dua silinder yang paling terakhir nongol, CBR250RR jelas memiliki performa paling unggul di kelasnya. Jangan tanya top speed ya… Impossible ngetes top speed di jalanan Surabaya dan sekitarnya. Lagian jurnalis-jurnalis yang terbiasa nunggang trail nggak freak dengan namanya top speed. Nggak safety lah ngetes top speed di jalan raya, dan yang paling penting nggak punya nyali bro! Hehehe… Tapi bro bisa cobain sendiri, performa CBR250RR memang jempolan. Kalau masih penasaran, coba pantau aja ulasan blogger-blogger lain yang bisa tembus lebih dari 165 km/jam di gigi 5.
  • Seperti diketahui bersama, CBR250RR punya fitur “riding mode”. Awalnya para jurnalis skeptis apakah riding mode berguna untuk motor yang kapasitasnya cuma 250 cc dengan tenaga nggak sampai 40 HP. Tapi setelah mencoba, rasa skeptis itu hilang total! Riding mode pada CBR250RR amat sangat berguna dan terasa betul perbedaannya antara mode Comfort, Sport, dan Sport+. Mode Comfort sangat enak ketika dipakai di jalanan perkotaan yang ramai. Pada mode ini saluran tenaga mesin seperti tertahan, memaksa rider melakukan shifting gear lebih awal. Asyiknya, ketika dipasang pada mode Comfort, motor nggak ada gejala ndut-ndutan sama sekali meskipun dalam kecepatan rendah di gigi 3, 4, atau malah 5… Saat diubah ke mode Sport, tenaga CBR250RR menjadi lebih beringas meskipun masih sedikit tertahan, dan ketika diset ke mode Sport+ benar-benar ganas, full power! Di mode Sport+ motor maunya digeber terus, nggak mau pelan. Kalau pelan malah nyundul-nyundul. Impresif banget fitur ini bro!
  • Meskipun ukuran CBR250RR lumayan gambot, namun faktanya motor ini memiliki handling yang sangat nurut. Mau meliuk-liuk di jalanan perkotaan yang padat nggak masalah, CBR250RR bisa melakukannya dengan gesit. Mau high speed cornering pun asyik banget. Nggak berasa kalau lagi pakai motor sport 250 cc.
  • Ketika penunggang motor trail pindah ke motor sport, biasanya salah satu hal yang bikin stres itu bagian suspensi. Menariknya itu nggak berlaku untuk CBR250RR. Suspensi depan upside down buatan Showa dan suspensi belakang mono shock dengan Pro-Link yang dipasang pada CBR250RR benar-benar bekerja sangat baik. Ini benar-benar di luar dugaan. Ketika high speed suspensinya cukup stabil. Tapi ketika melewati jalan keriting, suspensi bisa meredam getaran dengan amat baik. Suspensi pun begitu nyaman buat nikung. Superb banget!!
  • Dalam beberapa hari pengetesan, CBR250RR berhasil menorehkan konsumsi bahan bakar sebanyak 22,1 km/liter. Lumayan untuk ukuran mesin 250 cc dua silinder yang powerful. Apalagi gaya riding para jurnalis nggak mikir irit-iritan. Ada kesempatan ya geber maksimal. Oh ya, angka 22,1 km/liter itu didapat berdasarkan indikator fuel consumption yang ada di dashboard CBR250RR. Para jurnalis memang nggak melakukan pengetesan konsumsi bahan bakar CBR250RR menggunakan metode full-to-full atau metode yang lainnya, cukup pakai fitur yang sudah ada di motor.
  • Ketika pengetesan pada malam hari, lampu LED yang terpasang pada CBR250RR sangat bisa diandalkan. Lumayan terang dan nggak perlu lampu lenong tambahan meskipun untuk perjalanan jarak jauh sekalipun.
  • Satu hal yang bikin stres seorang jurnalis ketika nunggang CBR250RR ada pada riding position. Motor ini punya posisi duduk yang sangat racy. Ntah kenapa dalam beberapa hari seorang jurnalis masih belum bisa menemukan posisi duduk yang pas dan nyaman. Mungkin itu juga efek tinggi badan yang mencapai 178 cm. Telapak tangan seperti menjadi tumpuan utama, membuat cepat lelah. Lengan tangan juga cepat pegal. Apalagi kalau kena macet… Wuiiih parah deh! Bagaimana dengan punggung dan pinggang? Nggak masalah… Nggak ada gejala lelah di bagian tersebut. Bisa jadi ini hanya masalah kebiasaan saja dan nggak semua orang mengalami sensasi yang sama. Buat yang udah biasa nunggang motor sport kemungkinan nggak perlu waktu lama untuk beradaptasi.
Nah… Itu tadi impresi nunggang CBR250RR dari seorang penunggang motor trail. Secara umum motor ini amat sangat memikat. Spesifikasi, fitur, performa, hingga handling merupakan paket komplit yang lebih unggul dibandingkan dengan para kompetitornya. Ditambah lagi dengan positioning harga yang cukup manis, membuat CBR250RR bisa menjadi pilihan pertama dan utama ketika bro ingin membeli motor sport seperempat liter. Mungkin di antara bro sekalian ada yang mau nambah motor sebagai kendaraan harian? Atau pengen beliin anak kesayangan motor sport 250 cc? CBR250RR adalah pilihan yang sulit dikesampingkan. Kalau kami sendiri soul-nya lebih dapet ke CRF250RALLY deh daripada CBR250RR. Maklum balung tuo. Hehehe… Okelah… Segitu dulu bro ulasan mengenai CBR250RR. Terima kasih untuk PT Mitra Pinasthika Mulia dan PT Ekajaya Karunia Abadi yang udah ngasih kesempatan icip-icip CBR250RR!





















Wednesday, February 8, 2017

Gazgas GXE 450 Sudah Bisa Dipinang (Lagi), Harga Rp 123,5 Juta

GRC - Di awal tahun 2017, brand motor lokal yang berbasis di Pasuruan, Gazgas Indonesia, tampak begitu agresif dalam menggelontorkan motor baru. Pada pertengahan Januari 2017 lalu Gazgas meluncurkan Hummer Pro 250 yang tergolong sebagai motor off road entry level. Kali ini Gazgas kembali meluncurkan motor off road flagship yang bernama GXE 450! Nggak bener-bener launching sih, tapi lebih tepatnya relaunching karena sebelumnya GXE 450 sudah pernah dijual oleh Gazgas.
Sebagai motor flagship, jelas GXE 450 punya spesifikasi dan performa yang mentereng, sekaligus harga yang nggak murah sama sekali. Sesuai dengan namanya, GXE 450 mengandalkan mesin 450 cc (tepatnya 449 cc), SOHC, 4-stroke, unicam, dan berpendingin cairan. Sebenarnya mesin GXE 450 ini cukup identik dengan mesin yang dipasang pada Cleveland Hooligun 450X. Gazgas mengklaim kalau mesin ini sanggup memuntahkan tenaga 43,5 HP di putaran mesin 7.500 rpm dan torsi maksimal sebesar 42,5 Nm di putaran mesin 6.500 rpm. Selain performa mesin yang jempolan, GXE 450 dibekali dengan frame aluminium twin spar, swing arm aluminium, dan suspensi buatan Fastace. Hasilnya, bobot total GXE 450 tergolong ringan, cuma 120 kg. Walaupun kalau dibandingkan dengan motor-motor off road dari Eropa bobotnya masih lebih berat sih… Sedangkan secara penampilan, GXE 450 nggak berbeda dengan GE 250 GZ1. Malah boleh dibilang sama persis, kecuali kapasitas mesinnya yang berbeda. Monggo simak saja spesifikasi lengkap GXE 450 di bawah ini:
Nah… Kalau bro sekalian tertarik meminang GXE 450, siap-siap saja merogoh kocek yang cukup dalam. Gazgas membandrol GXE 450 dengan harga Rp 123,5 juta off the road Pulau Jawa dan Bali. Motor ini sudah sangat siap diajak bermain di medan off road tanpa perlu melakukan ubahan apa-apa lagi. Untuk wilayah lain harga ini sangat mungkin berbeda karena ada perbedaan biaya distribusi. Info yang masuk ke newsroom menyebutkan bahwa saat ini GXE 450 tersedia dalam jumlah yang amat sangat terbatas. Stoknya hanya sekitar 10 unit saja bro! Jadi kalau misalnya tertarik meminang GXE 450 langsung saja meluncur ke kantor pusat Gazgas di Pasuruan atau showroom-showroom Gazgas terdekat!


Tuesday, February 7, 2017

Gimana Kalau Suzuki Bikin Trail Pakai Basis Mesin GSX-R150?

GRC - Bro sekalian… Suzuki Indomobil Sales (SIS) sepertinya memang cukup tertarik terjun ke segmen motor trail entry level setelah pada November-Desember 2016 lalu berhasil menjual total 1.400 unit DR200S. Memang sih penjualan itu nggak dilakukan kepada konsumen umum, melainkan hasil pesanan instansi negara (Polri), tapi paling nggak SIS sudah terbuka matanya kalau market trail entry level lumayan menggiurkan. Apalagi kalau melihat data penjualan si raja trail entry level Kawasaki KLX150 series sepanjang tahun 2016 lalu yang mencapai 64.030 unit atau setara dengan 5.336 unit per bulan. Jelas itu bukan angka yang kecil untuk pabrikan sekelas Suzuki atau Kawasaki.
Selama ini memang cukup sering didegung-degungkan, selain menjual DR200S kepada instansi negara dan swasta, SIS juga tertarik menjual motor itu kepada konsumen umum di Indonesia. Secara penampilan DR200S memang terkesan jadul, apalagi dia masih mengandalkan rem tromol di bagian belakang. Namun soal performa, mesin 200 cc SOHC, 4-stroke, 2-valve, dan berpendingin udara yang dipasang pada DR200S sangat mumpuni. Power dan torsinya lumayan nampol. Sebenarnya banyak penggemar motor trail yang suka dengan mesin sederhana seperti milik DR200S karena perawatannya gampang dan murah, ditambah dengan konsumsi bahan bakar rendah. Sayangnya DR200S itu masih didatangkan secara utuh (CBU) dari Jepang, jadi kalau misal jadi dijual kepada konsumen umum di Indonesia belum bisa dipastikan apakah harganya bisa kompetitif atau tidak. Hal yang sudah lumrah terjadi, motor CBU Jepang itu harganya mahal!
Gimana kalau ada ide gila, misalnya SIS mengembangkan sendiri motor trail yang benar-benar baru menggunakan mesin GSX-R150? Mesin GSX-R150 memang jauh lebih advance dibandingkan dengan mesin DR200S, menggunakan teknologi DOHC dan sistem pendingin radiator. Imbasnya, walaupun mesin cuma 150 cc tapi ledakan power mesin tembus 19 HP!! Kalau mau bikin trail produksi lokal, kayaknya memang lebih mudah dan murah buat SIS menggunakan mesin GSX-R150. Toh basis mesin yang sama juga sudah dipasang pada tiga varian motor sekaligus, yaitu Satria F150, GSX-R150, dan GSX-S150. Saling berbagi komponen tentu membuat biaya produksi lebih murah. Apalagi yang mesti dihadapi oleh SIS adalah Kawasaki KLX150 (dan kemungkinan Honda CRF150L) yang notabene juga berkapasitas 150 cc. Rasanya lebih pas kalau 150 cc diadu dengan 150 cc, bukan dengan 200 cc.
Kenapa kok kita melontarkan ide ini? Soalnya beberapa waktu yang lalu Department Head Marketing & Sales PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Pak Yohan Yahya sempat mengutarakan bahwa market motor trail 150 cc jauh lebih seksi daripada market motor sport 250 cc. Bisa saja pernyataan Pak Yohan Yahya itu menjadi indikasi kalau SIS lebih memilih untuk mengembangkan motor trail 150 cc yang benar-benar baru, bukan menjual DR200S yang masih diimpor utuh dari Jepang. Kalau menurutmu gimana bro, mending SIS jual DR200S atau bikin trail baru dari basis mesin GSX-R150?
“Ya jika dibandingkan dengan pasar motor sport 250 cc, pasar motor trail 150 cc lebih banyak. Buktinya sebulan hanya 2.000 unit untuk motor sport (250 cc), sedangkan untuk pasar motor trail 150 cc sebulan bisa mencapai 6.000 unit, walaupun sekitar 2.000 unit dijual ke instansi. Sehingga bagi kami pasti lebih memilih pasar yang lebih diminati oleh konsumen,” ungkap Pak Yohan Yahya, dikutip dari Dapurpacu.com.

Monday, February 6, 2017

Astra Honda Motor : Kami Mendapatkan Banyak Pertanyaan Mengenai Trail 150 cc

GRC - Astra Honda Motor (AHM) mulai masuk ke segmen trail/adventure di Indonesia dengan mengandalkan motor 250 cc bernama Honda CRF250L Rally. Banyak yang berpendapat AHM nggak akan berhenti sampai di sini. Tapi bakal mengeluarkan motor-motor lanjutan, misalnya saja motor trail 150 cc yang untuk sementara waktu bisa disebut dengan CRF150L. Apalagi sudah sempat mencuat kabar mengenai kode project K84A yang diyakini sebagai sosok CRF150L dengan mesin 150 cc yang identik dengan milik Verza. Lalu, seperti apa pernyataan resmi AHM mengenai motor trail 150 cc ini?
Saat peluncuran CRF250L Rally di Jakarta beberapa waktu yang lalu memang sudah banyak media yang bertanya mengenai motor trail 150 cc dari Honda. Tapi ya lagi-lagi para petinggi AHM nggak menjawab dengan tegas dan lugas. Mereka umumnya menjawab diplomatis, tidak mengiyakan dan tidak menyanggah. Salah satu jawaban itu terlontar dari Marketing Director PT AHM Mr. Koji Sugita yang menyebut bahwa di internal Honda banyak orang yang suka bermain motor off road, termasuk dirinya sendiri, sehingga bukan mustahil ada pemikiran untuk meluncurkan motor trail 150 cc.
“Selama ini kami memang mendapatkan banyak pertanyaan mengapa kami tidak ambil yang 150 cc, tapi  pertanyaan itu tidak bisa kami jawab. Di Honda banyak yang menyukai motor termasuk off road dan saya salah satu yang pernah mencoba off road di Indonesia dan saya sangat menikmati itu. Oleh karena itu saya yakin ke depan ada pemikiran semacam itu tetapi tetap menjaga keselamatan dalam berkendara,” ujar Mr. Koji Sugita, dikutip dari Dapurpacu.com.
Sementara itu, President Director PT AHM Mr. Toshiyuki mengakui permintaan terhadap motor trail 150 cc di Indonesia memang tinggi. Diapun tidak menutup kemungkinan AHM menghandirkan motor trail 150 cc untuk konsumen di Indonesia. Sayangnya, Mr. Inuma nggak menyebut secara spesifik kapan motor trail 150 cc dari AHM diluncurkan. Ternyata masih sulit ditembus nih bro informasi dari AHM. Mereka semua masih bungkam dan hanya memberikan jawaban-jawaban diplomatis meskipun indikasi ke arah sana sudah cukup kuat.
“Tidak menutup kemungkinan motor adventure 150 cc akan dihadirkan ke Indonesia. Sudah menjadi tugas dan kewajiban kami menjawab keinginan para penggemar sepeda motor di Indonesia. Untuk itu saya mohon bersabar menunggu untuk kedatangan berikutnya,” tegas Mr. Inuma.

Sherco Factory Enduro Model Year 2017 Wuihhh Ciamik Nih

GRC - Agan-agan sekalian… Belum lama ini brand motor off road asal Perancis, Sherco, baru saja meluncurkan lineup motor baru Sherco Factory Enduro model year 2017. Bisa dibilang ini adalah varian special edition atau racing dari lineup motor enduro yang dimiliki Sherco. Bahkan Sherco mengklaim kalau Sherco Factory Enduro model year 2017 sangat identik dengan yang dipakai oleh rider-rider factory Sherco di sejumlah kompetisi enduro. Untuk varian 2-stroke (250/300) misalnya, mirip dengan yang dipakai oleh Mario Roman dan Wade Young di kompetisi Hard Enduro, mulai dari penggunaan knalpot FMF, suspensi depan WP XPLOR, solid rear disc, jok anti selip buatan Pyramid, velg warna biru anodize, dan grafis khas motor factory enduro.
Bagaimana dengan varian 4-stroke? Sama saja kok… Secara fisik maupun spesifikasi mirip dengan motor yang dipakai oleh Matthew Phillips di ajang EnduroGP. Motor ini sudah memiliki performa yang sangat bagus karena menggunakan knalpot standar buatan Akrapovic, sistem injeksi dengan mapping khusus yang berbeda dengan varian standar, suspensi depan WP XPLOR, solid rear disc, sarung jok dari Pyramid, velg warna biru anodize, dan grafis ala motor factory enduro. Menariknya, Sherco Factory Enduro 4-stroke tersedia dalam tiga pilihan mesin, yaitu 250 cc, 300 cc, dan 450 cc, sedangkan varian 2-stroke hanya ada opsi 250 cc dan 300 cc.
Nah, nggak lama setelah Sherco mengumumkan peluncuran Sherco Factory Enduro model year 2017, brand motor yang identik dengan warna khas biru juga juga mengunggah sebuah video komersial melalui channel “Sherco Official Channel” di YouTube. Di situ bisa dilihat dengan gamblang bagaimana performa Sherco Factory Enduro model year 2017 melibas berbagai kondisi off road. Kalau nggak salah video itu dibintangi oleh dua orang rider factory Sherco. Pertama adalah Mario Roman, sedangkan yang kedua kalau nggak Wade Young ya Matthew Phillips. Monggo langsung simak saja bagaimana aksi mereka di atas Sherco Factory Enduro model year 2017!


Ada Rumor Yamaha Indonesia Siapkan Trail Bermesin 155 cc SOHC VVA

GRC - Beberapa waktu yang lalu Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) secara resmi meluncurkan motor sport baru dengan mesin 155 cc SOHC VVA (Variable Valve Actuation). Nggak salah lagi bro, motor itu adalah New YZF-R15! Dengan meningkatkan kapasitas mesinnya jadi 155 cc dan ditambah dengan VVA, power R15 terbaru jadi menggila, mencapai 19 HP dengan torsi nyaris 15 Nm. Angka yang cukup besar untuk ukuran motor 150 cc. Tapi kita nggak akan banyak mengulas mengenai R15. Kita bakal bahas mengenai motor trail! Memang ada info apa?? Yuk simak!!
Nah… Setelah mencangkokkan mesin 155 cc SOHC VVA kepada R15 dan mungkin nanti juga pada New V-Ixion, ada sebuah rumor yang menyebutkan kalau YIMM juga akan memasang mesin yang sama pada motor trail. Seperti diketahui YIMM sekarang baru memiliki lineup motor trail WR250R yang dijual dengan harga Rp 109 juta on the road Jakarta. Jelas sulit menjual motor CBU Jepang itu dalam jumlah banyak. Mungkin sekarang YIMM mulai tertarik memasuki market motor trail entry level yang terus tumbuh, sehingga rumor mengenai trail 155 cc SOHC VVA dengan pendingin cairan menyeruak. Namun perlu diperhatikan, ini masih merupakan rumor yang kebenarannya belum bisa dibuktikan dan belum ada pergerakan signifikan dari YIMM mengenai pengembangan trail entry level tersebut. So, nggak perlu terlalu berharap ya!
Saat ini market motor trail entry level (150-200 cc) memang tergolong gurih dan dinikmati sendiri oleh Kawasaki Motor Indonesia (KMI) dari kalangan brand Jepang. Astra Honda Motor (AHM), Suzuki Indomobil Sales (SIS), dan Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) belum terjun ke sana. Meskipun demikian, AHM sepertinya bakal masuk dalam waktu dekat dengan mengandalkan CRF150L dan SIS juga sudah mulai ada indikasi akan mengeluarkan DR200S di Indonesia. Kalau AHM, SIS, dan YIMM semuanya ikut masuk ke segmen trail entry level, maka segmen ini bukan lagi blue ocean, melainkan red ocean yang berdarah-darah. Semoga saja rumor YIMM mempersiapkan trail 155 cc SOHC VVA bukan cuma isapan jempol semata ya…