GRC - Mas bro… Melihat data penjualan sepeda motor domestik dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) di bulan April 2016 sebenarnya cukup mengagetkan khususnya dari dua pabrikan, yaitu Suzuki dan TVS. Kenapa? Sebagai sebuah pabrikan, penjualan mereka bisa dibilang mengenaskan. Suzuki cuma bisa mendistribusikan 1.833 unit motor, sedangkan TVS lebih parah lagi hanya mengirimkan 229 unit motor. Beruntung penjualan ekspor TVS masih lumayan, sehingga menjaga perusahaan dari kebangkrutan.
Opini pribadi saya, rendahnya penjualan Suzuki dan TVS itu karena mereka terlalu pede bertarung di segmen yang sudah dikuasai oleh dua raksasa Jepang, Honda dan Yamaha. Suzuki sekarang sedang fokus mempromosikan Satria F150 injeksi untuk bertarung dengan Honda Sonic 150. Okelah… Bebek underbone ini memang jadi tulang punggung penjualan Suzuki sejak lama. Wajar kalau Suzuki nggak mau mengalah ketika diusik pabrikan lain. Tapi kabar terakhir menyebutkan kalau Suzuki sedang mengembangkan motor sport full fairing dan naked sport 150 cc. Artinya, Suzuki bakal duel lagi dengan Honda dan Yamaha yang punya sumber daya lebih besar. Di segmen ini sudah ada Honda CB150R, Honda CBR150R, Yamaha V-Ixion, Yamaha Xabre, dan Yamaha YZF-R15. Udah padet banget!
Gimana dengan TVS? Brand India ini juga sedang fokus pada TVS Apache RTR 200 4V yang baru diluncurkan. Meskipun dibekali mesin bertenaga besar dan bandrol harga terjangkau, nyatanya itu nggak membuat konsumen berpaling dari motor sport batangan milik brand Jepang. Lihat saja, dengan distribusi total cuma 200-an unit per bulan, sudah bisa dibayangkan gimana ngenesnya penjualan TVS Apache RTR 200 4V.
Pertanyaannya adalah, dengan sumber daya yang terbatas, kenapa sih Suzuki dan TVS demen banget nantang duo raksasa Jepang? Kok nggak mau coba ke segmen lain yang lebih minim pesaing. Segmen trail misalnya… Kalau masih menganggap segmen trail terlalu kecil, kayaknya perlu berkaca lagi deh. Tengok Kawasaki… Geng Ijo sangat sukses dengan varian Kawasaki KLX150 dan Kawasaki D-Tracker. Berkat motor trail, Kawasaki bisa mendistribusikan 9.482 unit motor di bulan Maret 2016 dan 7.190 unit motor di bulan April 2016. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan Suzuki dan TVS. Padahal harga Kawasaki KLX150 itu nggak murah, udah tembus di atas Rp 30 juta. Bahkan varian tertinggi mencapai Rp 32,4 juta on the road Jakarta. Lagi-lagi harga ini jauh lebih mahal daripada Satria F150 andalan Suzuki atau Apache RTR 200 4V yang diandalkan TVS. Tapi tetep laku laris manis.
Di luar anggota AISI, ada Viar yang tergolong sukses memasarkan motor trail low-end. Kabar terakhir yang saya dengar, Viar sudah mampu jualan 1.000 unit motor trail per bulan untuk semua varian. Penjualan paling banyak disokong oleh Viar Cross X 200 GT dan Viar Cross X 250 SE. Itu baru trail saja lho, belum termasuk varian lain. Monggo bandingkan sendiri dengan penjualan Suzuki dan TVS deh!
Kenapa Suzuki dan TVS nggak coba segmen ini saja daripada berdarah-darah di segmen sport? Toh lawan mereka di segmen trail bukan pabrikan besar yang memiliki sumber daya tak terbatas. Bagi Suzuki sebenernya lebih gampang kalau mau masuk ke segmen trail. Di pasar global Suzuki sudah punya motor trail low-end dengan nama Suzuki DR200S. Desain Suzuki DR200S bisa dibilang masih kekinian, cakep! Mesinnya yang 200 cc itu sederhana karena masih mengusung teknologi SOHC dan berpendingin udara. Tapi menurut saya mesin ini sudah lebih dari cukup untuk menghantam Kawasaki KLX150… Karakter mesin kayak gini cukup oke di medan off road yang butuh torsi besar, perawatan mudah dan murah, serta biaya produksi rendah. Asal motor ini diproduksi secara lokal di Indonesia ya…
Bagi TVS memang perlu effort yang lebih besar kalau mau masuk ke segmen trail. TVS sekarang nggak punya lineup motor trail meskipun sempat memamerkan motor trail konsep bernama TVS Apache 300 FX. Kalaupun diproduksi massal, TVS Apache 300 FX bukan motor yang bisa dijual dalam jumlah banyak. Market Indonesia butuh motor trail low-end, sedangkan TVS Apache 300 FX itu masuk ke segmen trail trail high-end yang spesifikasinya bisa disejajarkan dengan motor buatan KTM, Husqvarna, Sherco, Beta, dan Gas Gas. Tentu saja TVS perlu mengembangkan motor trail low-end dari nol. Mulai dari desain, sasis, hingga mesin. Kalau mesin kayaknya nggak masalah ya pakai punya Apache series. Pakai mesin powerful milik TVS Apache RTR 200 4V misalnya? Gimana Suzuki dan TVS, masih nggak tertarik di segmen trail?
No comments:
Post a Comment