Menurut para peneliti ke-pesantrenan, pondok pesantren yang pertama kali adalah pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo berdiri sekitar abad 17. Pesantren yang dimaksud disini adalah pesantren dengan makna jamak seperti sekarang, dengan artian mempunyai seorang pengasuh sebagai suri tauladan santri dan sistem seperti bandongan,sorogan.
Pesantren Tegalsari diasuh oleh tiga bersaudara yakni Kyai Khotib Anom (leluhur Kyai Sholeh Banjar melati), Ki Ageng Muhammad Besari dan Kyai Nur Shodiq. Menurut penuturan para sesepuh, pembagian tugas kepengasuhanpun sudah ada. Kyai Khotib Anom bertugas ngaji kitab kuning, Ki Ageng Muhammad Besari bertugas mengurusi ngaji dan kemasyarakatan karena beliau kepala tanah perdikan dan Kyai Nur Shodiq bertugas dalam masalah pengajian Al-Qur an dan kanuragan. Sistem seperti ini ditiru oleh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Menurut Gus Khoirul Muttaqin bahwa pembelajaran kitab kuning dengan metode makna utawi iki iku adalah peninggalan pesantren Tegalsari "Jika dilihat pada kamus kitab kuning, bahasa makna kitab kuning itu banyak bahasa Ponorogoan" jelasnya salah satu Dzurriyah Tegalsari. Ponorogo (06/09/2020)
Dari pesantren inilah,banyak tokoh besar bermunculan. Sebut saja Raja Selangor Malaysia Mbah Zainal Abidin bin Ki Ageng Muhammad Besari, Pangeran Diponegoro, Kyai Ageng Basyariah, Ronggo Warsito, Cokro Negoro,H.O.S Cokro aminoto (bapak bangsa dan guru sekaligus mertua Ir Soekarno) dan masih banyak lagi.
Pondok Gebangg Tinatar Tegalsari hanya tinggal kenangan, jejaknya tersebar oleh Dzurriyah-dzurriyah tegalsari dan mendirikan pondok sendiri yang tersebar kepelosok pulau jawa bahkan se antero Nusantara. Menurut Mbah Kicuk "Kalau Sabdo Mbah Ageng Besari, kalau keturunanku ingin jadi orang mulia harus keluar dari tegalsari dan haru berjuang sendiri" tutupnya salah satu dzurriyah tegalsari.
No comments:
Post a Comment